[Photo & Event] Papua : The Land Of Hopes, Promising Paradise


Beberapa hari yang lalu, saya bersama rekan-rekan media  baru kembali dari sebuah event selama seminggu di tanah Papua, tepatnya di provinsi Papua Barat, Kabupaten Raja Ampat. Acara ini merupakan annual event yang diadakan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bersama dengan Pemerintah Daerah Papua Barat dan Pemerintah Kabupaten Raja Ampat, guna mempromosikan potensi-potensi wisata bahari serta keanekaragaman budaya masyarakat lokal.

Setibanya di tanah Papua, Kota Sorong, saya cukup tertegun melihat infratruktur di sana, terutama bandara, dimana tempat ini yang pada umumnya menjadi kunci ‘imaging’ sebuah kota kepada wisatawan. Terlepas dari impresi terhadap infrasturktur, saya sangat terhibur dengan keramahan warga lokal yang sangat menerima kedatangan wisatawan di tanah mereka. Secara fisik memang orang berpandangan bahwa masyarakat Papua terlihat ‘seram’, namun di balik itu banyak yang tidak mengetahui bahwa sebenarnya mereka sangat ramah dan jauh dari kesan seram yang mungkin timbul dari fisiknya.

-Situasi di Bandara Sorong-

Dalam beberapa waktu belakangan ini, media-media menyajikan berbagai pemberitaan mengenai konflik Papua. Kembali memanasnya konflik di Papua membawa luka bagi rakyat Papua yang selama ini berjuang dalam meraih keadilan. Di sela-sela acara, saya sempat melakukan interview dan obrolan singkat namun mendalam dengan masyarakat lokal mengenai pandangan dan opini mereka mengenai situasi Papua. Tidak banyak yang tahu, apa yang sebenarnya terjadi di Papua dan mengapa mereka selalu dilanda konflik dan kekerasan. Pada dasarnya, apa yang mereka perjuangkan didasari pada konsep-konsep ‘human security’. Konsep yang diperkenalkan oleh UNDP pada tahun 1994 ini memang memiliki signifikansi yang sangat besar terhadap keamanan sebuah negara. Bagaimana paradigma keamanan negara dipandang lebih spesifik ke dalam paradigma keamanan individu. Masyarakat Papua memperjuangkan kesetaraan dan keadilan sosial, politik maupun ekonomi. Seorang pemahat kayu berumur sekitar 36 tahun berkata bahwa pemerintah hanya sering memberi janji, tanpa ada realisasi dan pada akhirnya hanya menguntungkan sekelompok orang dan merugikan masyarakat luas. Hal ini tidak sepenuhnya salah, ketika ia bercerita mengenai bagaimana warisan budaya desanya sudah lama dan sering diambil dengan mudahnya tanpa ada upaya pencegahan dari pemerintah daerah, dan lebih parahnya lagi hal itu dilakukan karena mereka (pihak yang mengambil) telah memberi retribusi kepada pemerintah daerah. Sebuah contoh kecil yang menjustifikasi adanya kondisi ‘relative deprivation‘ yang besar di tengah masyarakat Papua.

-Seorang Pengrajin Pahatan, Waisai--Keluarga di Desa Sawing Rai-

-Bersepeda Menuju Sekolah, Waisai-

Papua adalah wilayah yang sangat kaya akan sumber daya alam maupun potensi pariwisata. Keanekaragaman flora dan fauna, biodiversitas terumbu karang (75% jumlah spesies dunia ada di kawasan Raja Ampat, menjadikannya sebagai jantung Coral Triangle), sumber daya alam seperti emas, nikel, tembaga, migas, dll. Sangat kaya, tetapi mengapa mayoritas masyarakatnya berada di bawah garis kemiskinan? Pasti ada sesuatu yang salah dalam manajemen pembangunan daerah di sana. Atas dasar hal inilah sangat masuk akal apabila konflik separatisme di sana akan terus berlangsung, selama pemerintah masih menggunakan paradigma lama dan tidak mengubahnya ke dalam mainset baru yang lebih mensejahterakan masyarakat Papua.

Cultural Dance, Waisai

Apa yang terjadi di Papua merupakan contoh nyata, bagaimana ketidakadilan politik, sosial maupun ekonom membawa mereka pada sebuah konflik yang berujung pada kekerasan. Johan Galtung menyebut dalam teorinya sebagai ‘structural violence’. Peace keeping dan peace making sangatlah mudah untuk dilakukan, namun apa yang sebenarnya diperlukan dalam proses penyelesaian konflik adalah ‘build the peace’, upaya multi-sektor yang membuutuhkan bantuan berbagai stake-holders, demi masa depan yang lebih cemerlang.

Papua, Mereka Juga Indonesia-

Percaya atau tidak, ini adalah keindahan alam Papua-

Sunset at Waiwo Beach-

Eduardus (Eduard) – October 31th, 2011

2 responses to “[Photo & Event] Papua : The Land Of Hopes, Promising Paradise

  1. Salam kenal.
    Menarik tulisan ini bung Eduard. Banyak tempat wisata di Indonesia memiliki keindahan alam yang luar biasa dan tak kalah menariknya untuk di kunjungi. Pengelolaan wisata untuk beberapa tempat memang belum tergarap dengan apik. ditunggu tulisan wisatanya bung Eduard. sukses selalu.

    • Terima kasih banyak dan salam kenal juga, Bung Rusman.
      Betul sekali, Indonesia sangat teramat kaya akan keanekaragaman budaya dan destinasi wisatanya, tidak sedikit tempat-tempat tersebut sudah dikenal baik di kalangan komunitas traveler mancanegara, terutama dengan adanya beberapa acara televisi luar negeri yang mengambil lokasi di Indonesia.
      Betul memang, masih ada beberapa masalah seperti pengelolaan dan juga tingkat promosi, sehingga kadang nampak ironis ketika lebih banyak wisatawan mancanegara yang mengenal baik tempat-tempat wisata di Indonesia, tak terkecuali di Raja Ampat ini. Hal ini dikatakan oleh pejabat kabupaten, dimana jumlah wisatawan asing masih berada di atas level jumlah wisatawan domestik.
      Namun dengan upaya-upaya promosi seperti ini, niscaya dan bukan tak mungkin jika di kemudian hari masyarakat Indonesia lebih banyak yang mencintai wisata lokal ketimbang berlibur ke luar negeri, dengan begitu secara ekonomi tentu akan menjadi stimulus dan suatu hal yang amat positif bagi pembangunan masyarakat setempat.
      Untuk liputan dan ulasan lebih lanjut mengenai perjalanan saya di Raja Ampat tsb, Bung Rusman bisa membacanya di majalah Sriwijaya Air In Flight Magazine Edisi Januari 2012 (dengan cover Raja Ampat).
      Terima kasih bung, sukses selalu :)

Leave a reply to rusman Cancel reply